Sunday, March 10, 2013

Pentingnya hidup hemat

Pentingnya hidup hemat

Banyak orang, khususnya masyarakat perkotaan yang sangat memerhatikan gaya hidupnya. Mereka menyesuaikan gaya hidup mereka dengan pergaulan komunitas. Terkadang mereka ingin terlihat kaya walau tingkat kemampuannya tidak dapat menopang gaya hidup tersebut dalam jangka panjang.
Barang konsumtif dibeli meski tidak mutlak dibutuhkan. Pendeknya, "Biar kere, asal gaya," seloroh orang Jakarta. Kebutuhan-kebutuhan atau momen kehidupan penting di masa depan sangat kurang disadari atau dipertimbangkan. Mereka sangat mendewakan kehidupan gemerlap sesaat.
Keadaan ini didukung budaya masyarakat dan tata nilai keliru yang diikuti banyak orang begitu saja. Ketersediaan teknologi dan sarana modern bagi masyarakat tanpa diikuti pembelajaran pemanfaatannya secara etis dan bijak, diperparah dengan kondisi ekonomi yang tidak kunjung pulih, menciptakan terjadinya situasi yang serbasalah.
Memang kita sedang hidup di zaman yang penuh dengan nilai-nilai semu dengan berbagai peluang untuk bergaya, dan hidup dalam status sosial yang dipaksakan. Ketidakwaspadaan dalam menjalani hidup akan berujung pada jurang kehancuran finansial. Pemaksaan gaya hidup yang tidak ditopang kemampuan memadai akan bermuara pada penderitaan di hari tua.
Keselarasan Nilai
Pola hidup sederhana atau hemat adalah ungkapan yang banyak didengungkan pada zaman pemerintahan Orde Baru. Terlepas dari kegagalan pelaksanaannya, ungkapan itu sangat bagus dan relevan dalam memberikan makna dalam keuangan keluarga. Ada orang yang mengartikan sederhana dengan kecenderungan mengawasi pengeluarannya dengan sangat ketat, seperti pengembara di gurun pasir yang mengawasi air minumnya. Pemaknaan seperti itu tidak memecahkan permasalahan, yaitu kesejahteraan lahir batin. Pembatasan yang berlebihan malah akan merusak kepuasan kehidupan berkeluarga.
Kita pastinya pernah mengenal orang yang kikir dan materialistik, padahal ia hanya memiliki sedikit harta. Sebaliknya, ada juga orang yang menyenangkan dan relatif mandiri namun memiliki kebendaan melimpah.
Perbedaan antara pelit dan sederhana atau hemat mirip dengan perbedaan antara seni dan pornografi: sulit didefinisikan namun kita bisa merasakannya bila kita melihatnya. Definisi akuratnya tidaklah terlalu penting. Yang lebih penting adalah mengerti intinya.
Intisari dari kesederhanaan atau hemat adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Pembedaan ini menjadi sangat penting dalam menumbuhkan hubungan yang selaras dan lebih sehat berkenaan dengan uang. Dalam hal ini tidak ada satu rumus yang dapat memenuhi standar semua orang.
Kesederhanaan terkait dengan kesadaran untuk berusaha membatasi hidup untuk berfokus pada kebutuhan pokok kehidupan berkeluarga. Untuk hidup sederhana perlu disingkirkan pola hidup mewah. Agar kesederhanaan atau berhemat bisa terlaksana, diperlukan perubahan cara pandang dari dalam atau internal belief yang tulus. Pelaksanaan cara pandang baru itu akan jauh lebih mudah bila dibantu dengan peranti perencanaan berupa anggaran.

Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga

 Beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1.    Pahami portfolio keuangan keluarga Anda. Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
2.    Susun rencana keuangan atau anggaran. Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
3.    Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”. Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak.
4.    Hindari hutang. Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
5.    Meminimalkan belanja konsumtif. Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.
6.    Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
7.    Menabung, menabung, menabung. Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
8.    Berinvestasilah! Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi.